13 Agustus 2010
MENYEMANGATI DIRI SENDIRI
Seorang pemuda negro dengan wajah penuh kesedihan mendatangi Pendeta Robert H. Schuller. "Pak pendeta, semuanya kacau. Aku ini orang yang malang," katanya penuh keputusasaan. Dengan rasa penasaran pendiri gereja The Crystal Cathedral di California itu balik bertanya, "Loh, emangnya ada apa?" Spontan si negro menyahut, "Aku ini orang yang celaka. Aku terlahir sebagai seorang negro. Tidak mungkin aku bisa sukses dalam hidup ini. Aku memang dilahirkan untuk menjadi orang gagal seumur hidupku."
Sejenak Robert terdiam lalu ia berkata, "Saudaraku, saudara berasal dari keturunan mana?" Kembali si negro menjawab dengan nada putus asa. "Aku ini seorang keturunan negro. Nenek moyangku berasal dari Afrika. Kami adalah keturunan budak yang diangkut dengan kapal dari Afrika ke Amerika sini. Itulah sebabnya aku tidak mungkin sukses dalam hidupku," ujar si negro.
"Saudaraku, coba saudara renungkan kembali. Puluhan tahun lalu saat nenek moyang saudara datang ke sini tentu mereka menaiki kapal. Saat itu kapal-kapal yang ada belum secanggih sekarang. Teknologi pelayaranpun masih terbilang kuno. Tentu mereka menempuh perjalanan berbulan-bulan di atas kapal itu. Jika mereka tidak kuat, mereka akan mati di atas kapal. Tapi nenek moyang saudara tentu sangat kuat hingga dapat bertahan hidup hingga sampai ke Amerika ini. Saudara adalah keturunan orang kuat!" jelas Robert yang juga pakar possibility thinking itu.
Pemuda negro itu terdiam sembari merenungkan dalam-dalam pernyataan Robert. "Benar juga ya. Aku ini keturunan orang kuat. Kalau nenek moyangku lemah tentu aku tidak akan bisa ada sekarang ini," katanya membenarkan penjelasan Robert. "Saudara juga harus tahu, kalau nenek moyang saudara adalah para pekerja keras. Jika tidak, tentu mereka sudah mati sejak tiba di Amerika. Entah karena penindasan atau karena penyakit," lanjut Robert. Si negro kembali mengamini ucapan Robert. Perlahan namun pasti kepercayaan diri si negro mulai tumbuh. "Aku ini keturunan orang yang kuat dan pekerja keras."
Tahun-tahunpun berlalu. Suatu hari Robert kedatangan tamu seorang pemuda negro yang gagah dan berpakaian rapi. "Saudara, rasanya saya pernah bertemu saudara. Namun maaf, saya lupa," kata Robert. "Pak pendeta, sayalah pemuda negro yang putus asa saat saya datang ke Bapak beberapa tahun silam. Berkat motivasi bapak, sekarang saya bisa menjadi orang sukses. Saya kini seorang dokter. Terima kasih pak pendeta," kata si negro. Robert Schuller sangat terharu. Ia sama sekali tidak menyangka kalau pernyataan-pernyataan yang diucapkan beberapa tahun silam telah berhasil merubah hidup seorang anak manusia.
Saya yakin bahwa setiap kita membutuhkan peneguhan dan motivasi dari orang-orang disekeliling kita. Kita membutuhkan penghiburan dan kata-kata yang menyemangati kita setiap hari. Belajar dari kisah diatas maka marilah sebagai orang tua kita terus menerus setiap hari membesarkan hati anak-anak kita dengan kalimat-kalimat yang memotiasi dan menenguhkan mereka bahwa sesuangguhnya mereka adalah anak-anak yang hebat, anak yang pintar, anak yang luar biasa, saya bangga dengan kamu, ayah bangga memiliki anak seperti kamu, maka kita akan melihat mereka akan bertumbuh sebagai anak-anak yang punya kpercayaan dan keyakinan diri yang luar biasa. Kata-kata positif yang kita ucapkan bak sebagai benih yang akan bertumbuh di dalam hidup mereka dan menjadikan mereka anak-anak yang positif dan istimewa.
Sebagai pribadi bukankah hati kita lebih berbahagia dan senang jika kita mendengarkan ada seseorang mengucapkan hal-hal yang positif tentang diri kita. Marilah kita perlakukan hala yang sama bagi diri kita dengan menjadi seorang cheer leader bagi diri kita sendiri. Tugas dari cheer leader adalah mereka memberi semangat kepada tim kesayanagan mereka yang sedang bertanding dengan meneriakan kata-kata yang membangkitkan semangat tim mereka. Itu sebabnya kita berusaha menjadi cheer leader bagi diri kita sendiri dengan mengucapkan hal-hal yang baik, yang indah yang menenguhkan, yang mmeberi semnangat, yang positif bagi diri kita sendiri. Anda akan menuai sendiri benih kata-kata yang anda ucapkan atas diri anda.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar