03 Juni 2008

Apa Rahasia 90/10?

APA RAHASIA 90/10?

10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi terhadap kita.
90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi / memberi respon.

Apa artinya?
Kita sungguh-sungguh tidak dapat mengontrol 10% kejadian-kejadian yang
menimpa kita. Hal-hal tersebut terjadi di luar kendali atau control kita. Kita tidak punya kuasa akan keadaan-keadaan tersebut.

Kita tidak dapat mencegah kerusakan mobil. Pesawat mungkin terlambat, dan
mengacaukan seluruh jadwal kita. Seorang supir mungkin menyalip kita di tengah kemacetan lalu-lintas. Kita tidak punya kontrol atas hal yang 10% ini.
kita tidak punya kuasa atas barang-barang kebutuhan pokok yang semakin melambung tinggi, kita tidak dapat mengendalikan mulut seseorang yang menggosipkan kita atau mengata-ngatai yang negative tentang kita. Itu semua di luar control dan kendali kita.

Yang 90% lagi berbeda. Kitalah yang menentukan 90% mengenai apa yang terjadi! Hal ini tidak terjadi terhadap kita tetapi terjadi di dalam kita.
Bagaimana? Dengan reaksi kita. Kita tidak dapat mengontrol lampu merah,
tapi kita dapat mengontrol reaksi kita. Kita tidak dapat mengontrol harga barang yang semakin naik tetapi kita dapat mengontrol rekasi kita dengan bersikap tetap positif dalam menghadapi situasi ini. Kita tidak dapat mngeontrol mulut orang yang memfitnah kita namun kita dapat mengendalikan respon/reaksi kita terhadap kata-kata orang yang menyakitkan kita dengan tetap mengasihi dan tidak membalas dengan kebencian. Kitalah yang punya kuasa dalam menentukan yang 90% ini dan hal ini sangatlah penting karena terjadi di dalam kita. Orang hanya dapat menampar wajah kita dan secara fakta wajah kitalah yang sakit bukan hati kita. Kitalah yang mengijinkan rasa sakit itu masuk ke dalam hati kita, namun orang tersebut tidak pernah dapat/memiliki kuasa untuk membuat hati kita sakit, kitalah yang mengijinkannya. Jangan biarkan orang lain mempermainkan kita, kita dapat mengendalikan reaksi kita!

Mari lihat sebuah contoh.
Saat anda akan menuju bandara karena akan bepergian ke suatu tempat dengan menggunakan mobil. Anda sangat terburu-buru untuk mengejar pesawat agar tidak ketinggalan. Di tengah jalan anda terjebak kemacetan karena banjir. Engkau tidak dapat mengendalikan apa yang telah terjadi, anda tidak dapat mengendalikan banjir atau kemacetan, itu di luar kendali anda. Anda mau marah kepada banjir, atau kepada hujan itu juga tidak menyelesaikan masalah, itu hanya akan membuang energi baik secara fisik maupun mental saat anda marah, mengumpat atau mengutuki keaadaan tersebut, sekali lagi itu di luar kendali anda.


jadi apa yang terjadi kemudian akan ditentukan oleh bagaimana engkau
bereaksi. Yang terjadi adalah anda kehilangan sukacita, damai sejahtera dalam hati anda.
Mari lihat sebuah contoh yang lain.
Engkau sedang sarapan bersama keluarga. anak perempuanmu menumpahkan
secangkir kopi ke kemeja kerja mu. Engkau tidak dapat mengendalikan apa
yang telah terjadi itu. Engkau mengumpat. Engkau dengan kasar memarahi anak mu yang menumpahkan kopi. Dia menangis. Setelah itu, engkau melihat ke istri mu, dan mengkritiknya karena ialah yang telah menaruh cangkir kopi itu terlalu dekat dengan tepi meja, sehingga tersenggol oleh anak perempuanmu.
Pertempuran kata-kata singkatpun mulai terjadi. Istri anda tidak mau disalhkan dalam peristiwa tersebut.
Engkau naik pitam dan kemudian pergi mengganti kemeja.
Setelah itu engkau kembali dan melihat anak perempuan mu sedang
menghabiskan sarapan sambil menangis dan siap berangkat ke sekolah. Dia ketinggalan bis sekolah.
Istrimu harus segera berangkat kerja. Engkau segera menuju mobil dan
mengantar anakmu ke sekolah.
Karena engkau terlambat, engkau mengendarai mobil melewati batas kecepatan
maksimum. Anda kemudian mengumnpat lampu merah dan kemacetan yang membuat anda makin terlambat.
Setelah tertunda 15 menit karena tertangkap bapak polisi setelah melanggar lampu merah dan harus membayar tilang, engkau tiba juga di
sekolah anak anda.
Anak anda berlari masuk dan anda melanjutkan perjalanan, dan tiba di kantor
terlambat 20 menit, setelah duduk di kursi kantor anda dan sedikit melepas lelah ,ternyata anda baru sadar, kalau tas kerjamu tertinggal di rumah.
Hari itu menjadi hari terburuk dalam hidupmu hanya karena secangkir kopi yang tumpah.

Kenapa? Semuanya itu terjadi Karena reaksi/resoonmu pagi tadi terhadap apa yang terjadi kepada anda.
Kenapa hari mu begitu buruk hari itu? Apakah ……..
a) Karena secangkir kopi yang tumpah?

b) Kecerobohan anak gadismu?

c) Polisi yang menilang? atau

d) Karena dirimu sendiri?


Jawaban-nya adalah D.
Anda tidak dapat mengendalikan tumpahnya kopi itu. Bagaimana reaksi-mu 5 detik kemudian itu, yang menyebabkan hari mu menjadi buruk. Jadi bukan tumpahnya kopi yang menjadikan hari anda buruk tetapi rekasi anda terhadap tumpahnya kopilah yang menjadikan hari nada menjadi buruk.
Ini yang mungkin terjadi jika engkau bereaksi dengan cara yang berbeda.
jika anda berekasi dengan cara yang berbeda saat Kopi tumpah di kemejamu. Engkau dengan lembut berkata kepada anak gadismu "Tidak apa-apa sayang, lain kali kamu lebih hati-hati ya".
Lalu anda pergi mengganti kemejamu dan dan tidak lupa mengambil tas kerjamu.
anda kembali dan melihat anakmu sedang naik ke dalam bus sekolah.
Istrimu menciummu sebelum engkau berangkat kerja.
Engkau tiba di kantor 5 menit lebih awal, dan dengan riang menyalami para
karyawan. Atasanmu berkomentar tentang bagimana baiknya hari ini buat mu.

Lihat perbedaannya. Dua skenario yang berbeda.

Keduanya dimulai dari hal yang sama, tapi berakhir dengan berbeda.
Kenapa?
Karena REAKSI kita.
Sungguh kita tidak dapat mengontrol 10% hal-hal yang terjadi.
Tapi yang 90% lagi ditentukan oleh reaksi kita.

Tidak ada komentar: